Breaking News
Home / Berita Bola / Imigran konflik internal Negara, membantu sepak bola Swiss melesat

Imigran konflik internal Negara, membantu sepak bola Swiss melesat

Pada tanggal 11 Juni 2016 menjadi suatu hari yang sangat special bagi pasangan Ragip dan Eli Xhaka. Pada hari itu dua putra kebanggaan mereka akan bermain di Piala Eropa 2016, yang merupakan turnamen tertinggi di benua Eropa.

Akan tetapi keduanya bukan bermain dalam satu tim, keduanya akan saling berhadapan sebagai musuh. Si anak sulung Taulant akan berseragam Timnas Albania, yang merupakan Negara asal Raqip dan Eli. Sementara si adik, Granit, akan berseragam Timnas Swiss, Negara yang menerima pasangan suami – istri ini ketika mereka mengungsi dari konflik internal di Albania pada akhir tahun 1980an.

Kakak beradik Xhaka ini lahir di Basel, Swiss, sehingga mereka menjadi warganegara Swiss. Akan tetapi, hokum di Swiss memungkinkan warganya untuk memiliki dwi kewarganegaraan, sehingga kakaknya Taulant Xhaka pun juga tercata sebagai warganegara Albania, dan dirinya pun dapat bermain di skuad sepakbola Negara itu.

Maka, Xhaka bersaudara itupun menjadi sejarah baru di gelaran Turnamen Euro untuk pertama kalinya sejak tahun 1960, kakak-beradik itu pun akan saling berhadapan sebagai lawan. Dan kebetulan putaran pertama Grup A itu dihuni oleh dua Negara yang mereka bela. Pasangan Raqip dan Eli Xhaka itu akan hadir di Stade Bollaert-Deleis di Lens, tempat pertandingan Albania dan Swiss digelar.

Ketika ditanya oleh wartawan, soal siapa yang akan dibela oleh orangtuanya saat pertandingan nanti, dengan diplomatis Granit pun menjawab “ Untungnya saja Ayah dan Ibu saya mempunyai dua tangan, sehingga lima jari akan untuk Taulant dan lima jari untuk saya,”

Sementara Taulant mengatakan Ayahnya akan mendukung kedua Negara itu sama rata, sedangkan Ibunya akan mendukung Swiss 100 persen.

Fenomena Xhaka ini memang sangat menghibur, namun di balik fenomena itu ada fenomena unik lainnya yang tak kalah, yaitu perubahan konstelasi sepak bola di Eropa dalam 20 tahun terkakhir ini ternyata merupakan akibat konflik internal satu Negara.

Konflik di Negara – Negara Balkan pada 1980an mendorong terjadinya migrasi penduduk yang besar ke wilayah – wilayah Eropa Barat. Dan Swiss pada saat itu sebagaimana dilansir oleh New York Times dikatakan bersedia menerima 170.000 pengungsi dari Kosovo dan Albania, termasuk keluarga Raqib dan Eli Xhaka. Dan tak khayal, sumbangan para imigran bagi Swiss itu 20 tahun kemudian, memunculkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi La Nati atau julukan Swiss itu. Salah satunya adalah anak dari Raqib dan Eli Xhaka itu.

Jika kita menilik skuad Swiss di Eropa 2016 ini, maka kita akan melihat lima personil yang berdarah Albania dan Kosova, sebut saja Granit Xhaka, Xherdan Shaqiri, Valon Behrami, Blerim Dzemaili, dan Admir Mehmedi. Mereka adalah para pemain yang berdarah Albania dan Kosova.

La Nati pun menjadi Negara yang diperhitungkan sejak lima tahun terakhir. Mereka adalah salah satu tim kuda hitam di Piala Dunia 2014 Brazi, yang berhasil membuat Timnas Argentina kelabakan di babak 16 besar turnamen tersebut. Dan membuat Swiss kini berada di peringkat ke -15 FIFA. Semua ini tak lepas dari campur tangan para pemain bekas imigran tersebut.

About kang odon

Check Also

Man City Kalah, Liverpool Tinggal Butuh Enam Poin Lagi untuk Juarai Liga Inggris

MANCHESTER – Kekalahan Manchester City dari Manchester United di laga pekan ke-29 Liga Inggris 2019-2020 …