Breaking News
Home / info olahraga / Mental Juara Dapat Runtuh Karena Beban Berat

Mental Juara Dapat Runtuh Karena Beban Berat

Disamping harus memiliki bakat serta teknik bermain yang mencukupi, dalam sepak bola ada factor lainnya yang amat dibutuhkan, yakni mental. Faktor ini dapat menentukan kiprah dan kelanjutan karier dari seorang pesepakbola muda.
Fatalnya akibat persaingan yang ketat ditambah dengan beban tanggungjawab besar yang dipegangnya, akan dapat menjadi suatu penghambat seorang bintang muda untuk bersinar apabila tak diimbangi dengan pembinaan psikologis.

Di Indonesia sendiri, dalam dunia sepakbolanya sudah terlihat kembali bersinar, usai pencabutan sanksi FIFA kepada Indonesia. Timnas U-19 beserta skuat Merah Putih sudah diizinkan kembali untuk berkompetisi di ajang internasional.
Dan kini pasca PSSI kembali aktif, pemain timnas U-19 diberikan tantangan besar.

Meski realistis, namun tidak dapat dipungkiri bahwa memang rakyat Indonesia sangat berharap bahwa mereka akan mampu mengulang kejayaan Tanah Air pada 2013 silam, dimana timnas Indonesia berhasil memenangkan laga penyisihan Piala AFC setelah mengalahkan tim nasional Korea Selatan dengan skor 3-2.

Tentu publik akan masih teringat bagaimana kala itu pada tahun 2013 lalu, timnas U19 Indonesia berhasil meraih gelar juara Piala AFF. Akan tetapi bagi timnas sendiri, dengan menjadi juara tak selamanya dapat menghasilkan kebahagiaan untuk mereka sendiri. Karena justru dengan kemenangan itu mereka harus memikul beban yang lebih berat. Diibaratkan oleh Indra Sjafri bahwa anak asuhnya itu harus menanggung segala ‘beban negara’ usai menjadi juara.

Indra Sjafri mengatakan, “Akibat kita tidak memiliki gelar juara, pemain usia muda itu jadi seperti penebus dosa. Kegagalan-kegagalan di bidang lain semua dicurahkan ke anak-anak.”

Pendapat dari Angesty AZ Putri selaku Psikolog mengatakan bahwa para atlet yang masih berusia muda seharusnya bisa memperoleh perlakuan yang agak berbeda daripada para pemain senior. Dia mengatakan bahwa Atlet yang masih berusia di bawah 20 tahun itu masihlah dikategorikan kedalam usia remaja.

Angesty menegaskan bahwa remaja memiliki emosi dan mental yang belum stabil. “Dari segi mental gejolak pemain muda akan lebih besar, emosi mereka belum stabil, juga hubungan dengan teman, ditambah mereka diberikan tekanan besar untuk menjadi juara.”

Dia meyakini memanglah para pemain muda mempunyai jiwa kompetitif yang sangat tinggi, akan tetapi mereka masih belum mampu untuk mengelolalnya dengan baik. Seperti kebanyakan remaja biasanya, para pemain muda mempunyai karakter yang berbeda-beda ketika menyikapi tuntutan menjadi juara.

Perhatiannya juga terjatuh pada penyebab banyaknya pemain muda yang berprestasi di level junior tetapi terpuruk ketika beranjak pada kompetisi seungguhnya. “Ya mungkin mereka kaget karena saat latihan mereka sudah sidap, namun saat masuk ke kompetisi sesungguhnya mereka justru tak fokus, fasilitas pendukung juga berpengaruh misalnya kondisi lapangan yang berbeda juga bisa jadi penyebab.”

Baca Juga :

  • TIMNAS MENUJU PIALA AFF 2016

About kang odon

Check Also

Jenis Olahraga yang Gagal Menjadi Bagian Olimpiade

Mengingat jumlah acara di Olimpiade yang semakin kembung saat ini, sulit untuk percaya bahwa ada …