Suriah, Kongo, Sudan Selatan, serta juga Ethiopia, sejumlah asal Negara para pengungsi itu akan bersaing membawa misi kemanusiaan dipundaknya. Secara resmi Olimpiade 2016 akan dipertontonkan langsung pada akhir pekan ini di ibu kota Brasil, Rio De Janiero, yakni tepatnya Sabtu (06/08) WIB. Sejumlah 200 lebih negara menurunkan perwakilannya di dalam pesta olahraga terbesar dunia 4 tahunan itu.
Uniknya dalam laganya kali ini untuk yang pertama di sejarah Olimpiade akan ada satu tim yang akan mewakili jutaan orang yang tidak memiliki Negara. Ya, mereka merupakan sederetan atlet pengungsi dari rezim represif yang terusir dari negaranya sendiri. Dengan tindakan terbuka pihak ICO atau Komite Olimpiade Internasional tentu bersedia melibatkan atlet pengungsi tersebut dalam ajang Olimpiade 2016.
Keseluruhan 10 atlet ini akan ditaruh terdepan dalam pembukaan Olimpiade 2016. Keterlibatan mereka ini tentu akan menjadi pusat perhatian. Mewakili semangat kemanusiaan, publik tentu akan melihat para atlet pengungsi sebagai tim yang unik.
Bukan cuma menargetkan emas semata, namun mereka akan mewakili keberanian dan tekad pengungsi di seluruh dunia. Orang-orang ini adalah mereka yang berani untuk bertahan, setelah melarikan diri dari perang, serangan kekerasan, dan penganiayaan.
Diantaranya yakni atlet berusia 25 tahun, Rami Anis selaku anggota dari tim atlet pengungsi cabang olahraga renang.
“Saya masih menunggu perang di Negara saya berakhir, dan untuk saat ini akan terus berlatih, sehingga saya dapat kembali berpartisipasi membawa nama Negara say,” ujar perenang putra dari Suriah itu.
Rami telah membuat sebuah keputusan sulit dengan meninggalkan rumahnya pada tahun 2011 di Aleppo. Terpaksa harus ia hadapi situasi kelam ketika ledakan bom serta penculikan sudah layaknya pemandangan sehari- hari. Meninggalkan banyak hal di tanah kelahirannya itu, kecuali satu tas kecil berisikan pakaian dan semangat untuk terus berlatih renang.
Tidak sama halnya dengan para atlet kebanyakan yang dengan mudahnya berlatih dan tidak perlu memikirkan permasalahan rumit lainnya, tetapi dia harus berjuang dan terlebih dulu mempersiapkan dirinya dengan menyeberangi lautan yang berbahaya, dengan sampan hingga terdampar di Yunani.
Baca Juga :
- Di Bawah Bendera ROA, Para Kontingen Pengungsi Memberikan Semangat dan Harapan